Monday, March 07, 2005

Idealis dan apatis

Tidak seorang pun mahasiswa yang diundang. Herman, Ketua Umum Senat Sastra, rupa-rupanya sangat tersinggung dengan cara ini. Dia katakan kepadaku bahwa apapun yang terjadi dia tidak akan menggunakan wewenangnya untuk memenuhi permintaan ini. Dimaki-makilah Maria, Ketua Seksi Keputrian, oleh Prijono. Dikatainya tidak mengerti Pancasila, dan ini merupakan permintaan Bapak. Ketika aku sampai di ruang senat, Maria menjelaskan semuanya ini. "Tentu saja tidak ada yang mau nonton wayang, merupakan bukti bahwa moral mahasiswa kita masih tinggi. Siapa yang mau jadi pelacur istana, jadi gundik Soekarno, jadi isi harem istana. Sulit cari 20 orang untuk temani nonton wayang, mari kasih duit, tiga puluh bisa gue supply. Kramat Tunggak masih berdiri. Dasar moral bejat."

Jiwa BK yang selalu gandrung akan keindahan menyebabkan ia selalu tertarik melihat wanita cantik. BK sendiri selalu berterus terang. "Ya, aku senang melihat wanita cantik. Aku akan merasa lebih berdosa lagi bila berpura-pura dengan mengatakan tidak atau bersikap seakan tidak senang. Berpura-pura seperti itu namanya munafik dan aku tidak mau munafik." BK melaksanakan pendiriannya itu sejak berusia muda hingga akhir hayatnya. Sederet nama wanita telah turut menghias dan atau mendampingi jalan hidup BK. Kami, orang terdekatnya, harus memutar otak cara mengatur waktu bagi istri-istrinya itu. Itulah BK sang Arjuna yang dalam hidupnya terus terlibat persoalan wanita dan secara berani menerapkan politik vivere peri colozo dalam soal asmara.

Kutipan pertama adalah kutipan MFM terhadap tulisan SHG, yang kemudian dituangkan dalam skripsinya. Sedangkan yang kedua adalah kutipan dari buku Sewindu dekat Bung Karno, yang ditulis oleh BW. Bila di bumi Indonesia raya ini memang hanya ada dua pilihan, menjadi idealis atau apatis, maka tertulis jelas dan mungkin sedikit tersirat mengenai pilihan MFM dan BW.

Idealis dan apatis. Bisa jadi kedua orang tersebut menganggap dirinya idealis, dengan cara mereka masing-masing. Idealis sebagai seorang calon sarjana yang menentang ketidakadilan. Idealis sebagai seorang kolonel yang morat marit di dunia militer. Yang satu melihat bukti-bukti tertulis dan mempercayai bahwa moral itu sangat penting. Sedangkan yang satu lagi melihat bukti-bukti nyata dan sungguh yakin bahwa tiada manusia yang sempurna.

Entah kenapa keduanya sangat kurindukan. Seorang abang dan seorang kakek bagiku.

No comments: